Langsung ke konten utama

A Letter For You

 A Letter For You

It was finally happened!

Lima tahun! Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengunggu ketidakpastian. Bukan  pula waktu yang sebentar bagi  mereka yang saling memiliki perasaan, tetapi berprinsip untuk saling membebaskan, tidak pacaran, tidak saling terikat. Lima tahun bukan waktu yang sebentar bagi seseorang untuk menahan diri dari godaan menanyakan kabar secara langsung, berinteraksi dengan dia yang kamu anggap spesial, dan yang pasti; menahan rindu yang tidak pernah mampu untuk diutarakan.

***

Lima tahun yang lalu, kita dipertemukan pada kondisi serupa; berjuang demi meraih cita-cita. Hafidz yang mendapat nilai TO menabjubkan membuat teteh penasaran, dari situlah cerita kalian berawal, kekonyolan dan kecerobohan masa lalu yang menjadi syukur di masa sekarang. Sudah sunnatullahnya begitu, tetapi tetap saja lucu jika diingat wkwkk.

Sejak saat itu, Nai dan teteh resmi saling bertukar cerita, tentang seseorang, tentang perasaan yang tidak dapat dijelaskan. Moment itu, membuka ikatan emosional yang hingga saat ini sangat Nai syukuri. Terima kasih teh, sudah mau berbagi cerita, bahkan setelah kita sama-sama melanjutkan pendidikan di universitas dan daerah yang berbeda.

Kurang lebih empat tahunan, Nai dan teteh saling bertukar kabar, bercerita tanteng hal-hal yang terjadi diluar dugaan bahkan nalar kita. Tentang teteh yang galau karena saking banyaknya kating dan ikhwan yang ingin meminang teteh wkwkwk (beruntung banget kamu Fidz, dipilih dari sekian banyaak laki-laki yang ngejar teteh).

Selama empat tahunan itu pula, Nai berasa jadi burung Hud-hudnya teteh dan “Mas” Hafidz (Maaf teh, Nai kok kagok ya manggil suami teteh pake “Mas” wkwkk). Setiap tahunnya, ada aja hal-hal yang membuat teteh galau wkakakkaa. Terutama di momen ketika banyak yang ingin meminang teteh dan di momen Hafidz wisuda. Lucu euy, kalau diingat, kalian saling tertarik tapi gak berani mengungkapkan dengan gamblang, nyari perantara buat nanyain kabar dan perkembangan masing-masing. Nai kagum sih, keren, ada yang manusia seperti kalian berdua, susah dan berat banget pasti nahannya; apalagi kalau iman lagi turun, bawaannya pengen tahu kabar ajaa wkwkkwk…. Selama empat tahunan itu, Nai cukup jadi saksi bahwa kalian gak macem-macem, masih punya batasan dalam berinteraksi, masih saling menghormati privasi masing-masing, dan masih saling memendam perasaan masing-masing, azek.

Sejujurnya, kalau teteh dan Hafidz gak nikah, mungkin Nai yang akan nangis, mungkin Nai yang sulit untuk menerima, karena empat tahun bukan waktu yang sebentar untuk tahu seberapa besar kalian saling tertarik :”), rasanya gak rela aja kalau Hafidz nikah sama orang lain, atau teteh menerima pinangan orang lain. Alhamdulillahnya, kalian sama-sama bersabar, terutama teteh yang tidak tergesa untuk menerima pinangan orang lain. Selamat ya teh, sudah berhasil melalui godaan itu. Anyway, Nai juga salut sama Hafidz yang gak ngetag teteh, gak ngekeep teteh. Apalagi menebar janji mau nikahin teteh. Gak ada sama sekali. Ngalir gitu aja, mempertebal rasa sabar dan terus berproses menjadi pribadi yang lebih baik. Hingga pada akhirnya, momen itu tiba; momen yang menjelaskan mengenai jodoh gak akan ke mana. Kalian bener-bener nikah, Ma syaa Allah :”).

***

 Inget banget, pertengahan April tahun lalu dapat berita baik itu. Asli, Nai teriak-teriak, heboh, dan gak tahu harus berkata apa wkwkk. Bertahun-tahun nunggu kabar baik dan akhirnya terjadi juga. Allahuakbar! Rasanya sangat membahagiakan ketika teteh bilang, “Nai, aku dan Hafidz in Syaa Allah mau ke arah serius.” Asli teh, seketika Nai mau lompat terus peluk teteh erat-erat wkwkkwk lebay! Tapi jujur, Nai seneeeeeeng bangeeet! Akhirnya ketidakpastian selama empat tahun itu berubah menjadi pasti. Gak tahu lagi kudu mendeskripskikan perasaan Nai kayak gimana. Hari itu juga, Nai bertekat mau nabung, buat beli tiket pergi ke blitar. Qodarullah, adanya pandemi membuat hal itu tidak terjadi. Bahkan pernikahan yang dijadwalkan akhir tahun 2020, justru mundur ke tahun 2021.  Gak papa, yang penting it was  finally happened! 15 Maret 2021, Hafidz resmi nikahin teteh. Nai terharu banget pas liat livenya, mau nangis wkwkkwk lebay banget tapi sungguh, Nai mau nangiss huhuhuu. Kuasa Allah menyatukan kalian berdua. Dua orang yang lima tahun lalu bertemu di sebuah bimbel, dan sekarang sudah hidup bersama sebagai suami dan istri. Semoga, pernikahan teteh dan Hafidz menjadi awal untuk membangun peradaban islam yang gemilang, menjadi tauladan bagi ukhti-ukhti dan akhi-akhi yang berikhtiar menemukan separuh deennya, dan semoga pernikahan kalian selalu dilimpahkan mawaddah wa rahmah. Aamiin.

Barakallahulaka wa baraka ‘alaika wa jama’ baina kumma fii khoir teteh dan “Mas” Hafidz. Semoga Allah selalu melindungi dan meridhoi kalian.

 

With Love,

 

Nailassirri Ariati

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AWKWARD FEELING Gak kerasa banget, usiaku sudah menginjak seperempat abad. Rasanya masih gak percaya, aku sudah berjalan selama ini. Ada berbagai macam perasaan yang sudah pernah dirasakan. Kepuasan, kesenangan, kesedihan, kecewa, dan kehilangan.  Sejauh aku melangkah, aku baru menyadari satu hal bahwa aku tidak pernah benar-benar menyelesaikannya degan tuntas. Mengembangkan bakat menulis, ketika udah menang dan masuk nominasi beberapa kali, aku merasa cukup. Puas. Dulu juga gitu, ketika aku belajar persiapan SBMPTN, nilai tryoutku sempat masuk ke nilai tertinggi pertama, setelah mencapai itu, semangat belajarku menurun dan rankingnya jatuh. Untungnya ada pak Anggi, yang ngeboost semangatku buat bangkit lagi. Pun dengan dunia kreativitas, ketika aku merasa cukup puas dengan hasil editingku, ya sudah. Cukup sampai di sana.  Pun dengan menghafal Qur'an, udah hafal beberapa juz, eh melempem. Akhirnya, sekarang hafalan Qur'annya tertinggal kepingan kepingan semata. Sebenarnya, ada...
Waktu by Nailassirri Ariati      Waktu merupakan hal penting di dalam hidup ini, semua orang hidup menggunakan waktu. Tidak ada satu makhluk pun yang hidup  tanpa memerlu kan waktu. Jika pun ada, berarti ia telah mati bukan(?) kata orang, waktu adalah sebuah modal bagi setiap insan yang bernapas. Yah modal untuk berjuang menuju jalan-Nya. Banyak orang merugi akibat tak mampu mengelola modalnya dengan baik, termasuk aku.       Tulisan ini kubuat untuk merefleksikan diri tentang bagaimana seharusnya memanajemen waktu dengan arif. Kata Ustadz Adi Hidayat, banyak manusia yang merugi karena tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, waktunya habis untuk bermain gadget, nongkrong, melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dan hal-hal lain yang tidak dibenarkan oleh ajaran agama.  Sungguh! orang-orang semacam ini akan merugi di akhirat. Lantas, bagaimana cara agar kita dapat menjadi orang yang mampu mengelola modal dengan baik? jawabannya ad...