Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021
Melawan Rasa Takut Hari ini, aku memutuskan untuk terlibat langsung ke lapangan. Butuh kebernian untuk keluar dari rumah, mengingat kejadian dua hari yang lalu, motorku mogok di tengah banjir, dan harus merepotkan temanku, Gina. Untungnya, aku punya banyak sekali teman baik, dan bertemu dengan orang-orang baik pula hingga masalah motor mogokku bisa diselesaikan. Alhamdulillah ala kulli haal. Ternyata, terlibat secara langsung mencari barang-barang donasi, datang ke tkp, membantu evakuasi, justru membuatku semakin terpanggil untuk membantu. Ada banyak manusia di sana yang sedang membutuhkan uluran tanganku, dan tangan-tangan orang baik lainnya. Semoga saja niatnya selalu lillah, bukan karena ingin eksis di sosial media, atau sekadar dikenal "baik" oleh manusia. Kan sayang pahalanya.
BUNGKAM Indonesia sedang berduka, kabar bencana alam ada di mana-mana. Hal ini membuatku kembali merefleksikan hidup yang sangat sementara. Harta, keturunan, keluarga, dan segala hal fana yang diagung-agungkan. Indonesia sedang berduka,  namun tak sedikit yang masih abai dan lupa sanak saudara. Tahunya yang penting aku happy, perutku kenyang, masa bodo orang lain.  Indonesia sedang berduka, namun tak sedikit yang manusia yang memamerkan diri sedang berfoya-foya. Satu wilayah tetapi tak sehati, satu daerah tapi tidak punya empati. Sedih rasanya. Melihat banyak yang bungkam atas apa yang terjadi pada negeri ini. Ada yang hanya posting tongkrongan terbarunya, ada yang posting baru nonton apa, ada yang posting makan enak di hotel berbintang. Bagi mereka yang berduit, mudah untuk mengevakuasi diri, tinggal booking hotel; beres. Namun, bagi mereka yang tak seberuntung itu.  Ada derai air mata, rasa lapar, dan tak lupa juga, rasa takut akan segala kemungkinan yang tak pasti. Sem...
00.25 a.m. 2 Januari 2021 Teruntuk laki laki yang membaca: hanya ingin berpesan. Kalau serius ngajakin nikah, taarufnya sesuai syariat yuk. Aku tahu, aku gak bener-bener amat jadi orang. Sengkleknya banyak. Namun, untuk masalah hidup berpasangan, aku maunya dijemput dengan cara terbaik. Melalui taaruf dengan perantara, saya dengan ustadzah saya, anda dengan orang yang anda percayakan. Bukan begitu lebih adil dan lebih terhormat? Teruntuk perempuan, jika ada laki-laki yang benar ingin meminangmu, pastikan dulu ia berani mengajak berkenalan dengan perantara. Sebab, perantara ini menghindari dari rasa yang berlarut-larut. Oia, mau ngingetin aja. Kalau taaruf, kan artinya kenalan ya.  Kalau dalam proses taaruf dirasa salah satu tidak cocok, ya tidak bisa dipaksakan. Kata Mba Najwa, perihal jodoh hanya bisa dipilih melalui perasaan. Tapi kata ustadzahku, memilih jodoh tidak sekadar iya aku mau, tapi perlu dihilat sifatnya seperti apa, kalau marah gimana, salat lima waktunya di mana. Vis...