Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021
Maybe if i,  woke up in the morning,  hearing your voice,  maybe if i was with you maybe if we spent our difficult days together,  what would we have been to us? The distance between you and me  It never seems to disappear I was frozen with my words and your words If by chance we meet again  If i were do something for you,  Will it change a little? For the reason why we had to break up, I would fix it and try try try (to fix it),  so, can i hug you?  There are different pieces of memory,  Out the feelings of longing that resemble each other Only if you, If you come
 14 Hari menuju 2022     Naila, seorang perempuan yang menyukai senja dan kata. Perempuan yang tahu kemampuannya apa? Namun, tak pernah benar-benar mengasahnya dengan sempurna. Selalu berhenti di perempatan jalan, lalu mencoba hal baru padahal semua yang ia mulai tak pernai usai. Garis finis itu tak pernah tersentuh, sebab jika ia menyentuhnya, ia takut berhenti. Sayangnya,  hal tersebut justru membuatnya menjadi manusia yang tak memiliki kredibilitas diri. Kadang, ia bingung untuk memperkenalkan diri. Disebut penikmat senja ia, tapi tak begitu juga. Disebut penulis bisa jadi, tapi tak menghasilkan karya yang tertulis dengan nama sendiri. Disebut mahasiswa juga bisa saja, tetapi ia tak pernah memaksimalkan privilege yang ia punya. Disebut entrepreuner muda juga bisa, tetapi usahanya tak menunjukkan progres yang mengangkasa, bahkan sering kali, tak ada pelanggan yang membeli dagangannya. Disebut konten creator, bisa saja. Namun, ia tak konsisten dengan karyanya, dan sepertinya, penonton
Hai Kamu Hai Nai, apa kabar? Katanya lagi sibuk ya? Sibuk revisian ya? Gimana harimu? Masih belum tenang ya meskipun sudah sidang? Masih punya tanggungan yang perlu kamu selesaikan ya? Semangat ya! Aku tahu, kamu bisa berjuang hingga dua kata "unofficially S.K.G." berubah menjadi "Officially S.K.G."  Semangat ya! Aku tahu kamu harus belajar lebih keras lagi karena sebentar lagi akan menuju ujian masuk Koas, masuk hutan belantara katanya. Semoga kamu selalu dikuatkan ya Nai. Aku tahu kamu bisa! Kalau kamu mulai galau mikir hal-hal yang berbau "pengen bucin" Inget! Ada masanya! Sekarang nikmatin aja masa pendidikkanmu yang katanya 2,5 tahun lagi selesai. Semangat! semoga cepat menjadi dokter gigi dambaan umat! Semoga segera menjadi manusia bermanfaat yang senang membantu orang lain dengan ilmu yang kamu punya ya Nai! Someone who has the same vision is waiting for you! Gak tahu juga siapa? Bayangin aja dulu, lulus dokter gigi, eh ternyata ada yang nungguin wk

A Letter For You

  A Letter For You It was finally happened! Lima tahun! Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengunggu ketidakpastian. Bukan  pula waktu yang sebentar bagi  mereka yang saling memiliki perasaan, tetapi berprinsip untuk saling membebaskan, tidak pacaran, tidak saling terikat. Lima tahun bukan waktu yang sebentar bagi seseorang untuk menahan diri dari godaan menanyakan kabar secara langsung, berinteraksi dengan dia yang kamu anggap spesial, dan yang pasti; menahan rindu yang tidak pernah mampu untuk diutarakan. *** Lima tahun yang lalu, kita dipertemukan pada kondisi serupa; berjuang demi meraih cita-cita. Hafidz yang mendapat nilai TO menabjubkan membuat teteh penasaran, dari situlah cerita kalian berawal, kekonyolan dan kecerobohan masa lalu yang menjadi syukur di masa sekarang. Sudah sunnatullahnya begitu, tetapi tetap saja lucu jika diingat wkwkk. Sejak saat itu, Nai dan teteh resmi saling bertukar cerita, tentang seseorang, tentang perasaan yang tidak dapat dijelaskan. Momen
 Berdoa Perempuan itu berdoa Memohon agar tak ada lagi laki-laki yang datang memintanya untuk menjadi pendamping. Ia memohon kepada rabnya.  Agar tak ada laki-laki yang tertarik padanya hingga waktu untuk menggenap itu tiba. Ia memohon,  dengan sepenuh hati, agar tidak adalagi laki-laki yang datang dengan hati terluka. Menolak bukanlah perkara mudah, sebab akan ada hati yang terluka. Perempuan itu lagi-lagi berdoa, agar hanya ada satu pria yang datang, tanpa pulang dengan kabar hampa.
Melawan Rasa Takut Hari ini, aku memutuskan untuk terlibat langsung ke lapangan. Butuh kebernian untuk keluar dari rumah, mengingat kejadian dua hari yang lalu, motorku mogok di tengah banjir, dan harus merepotkan temanku, Gina. Untungnya, aku punya banyak sekali teman baik, dan bertemu dengan orang-orang baik pula hingga masalah motor mogokku bisa diselesaikan. Alhamdulillah ala kulli haal. Ternyata, terlibat secara langsung mencari barang-barang donasi, datang ke tkp, membantu evakuasi, justru membuatku semakin terpanggil untuk membantu. Ada banyak manusia di sana yang sedang membutuhkan uluran tanganku, dan tangan-tangan orang baik lainnya. Semoga saja niatnya selalu lillah, bukan karena ingin eksis di sosial media, atau sekadar dikenal "baik" oleh manusia. Kan sayang pahalanya.
BUNGKAM Indonesia sedang berduka, kabar bencana alam ada di mana-mana. Hal ini membuatku kembali merefleksikan hidup yang sangat sementara. Harta, keturunan, keluarga, dan segala hal fana yang diagung-agungkan. Indonesia sedang berduka,  namun tak sedikit yang masih abai dan lupa sanak saudara. Tahunya yang penting aku happy, perutku kenyang, masa bodo orang lain.  Indonesia sedang berduka, namun tak sedikit yang manusia yang memamerkan diri sedang berfoya-foya. Satu wilayah tetapi tak sehati, satu daerah tapi tidak punya empati. Sedih rasanya. Melihat banyak yang bungkam atas apa yang terjadi pada negeri ini. Ada yang hanya posting tongkrongan terbarunya, ada yang posting baru nonton apa, ada yang posting makan enak di hotel berbintang. Bagi mereka yang berduit, mudah untuk mengevakuasi diri, tinggal booking hotel; beres. Namun, bagi mereka yang tak seberuntung itu.  Ada derai air mata, rasa lapar, dan tak lupa juga, rasa takut akan segala kemungkinan yang tak pasti. Semoga, pengeliha
00.25 a.m. 2 Januari 2021 Teruntuk laki laki yang membaca: hanya ingin berpesan. Kalau serius ngajakin nikah, taarufnya sesuai syariat yuk. Aku tahu, aku gak bener-bener amat jadi orang. Sengkleknya banyak. Namun, untuk masalah hidup berpasangan, aku maunya dijemput dengan cara terbaik. Melalui taaruf dengan perantara, saya dengan ustadzah saya, anda dengan orang yang anda percayakan. Bukan begitu lebih adil dan lebih terhormat? Teruntuk perempuan, jika ada laki-laki yang benar ingin meminangmu, pastikan dulu ia berani mengajak berkenalan dengan perantara. Sebab, perantara ini menghindari dari rasa yang berlarut-larut. Oia, mau ngingetin aja. Kalau taaruf, kan artinya kenalan ya.  Kalau dalam proses taaruf dirasa salah satu tidak cocok, ya tidak bisa dipaksakan. Kata Mba Najwa, perihal jodoh hanya bisa dipilih melalui perasaan. Tapi kata ustadzahku, memilih jodoh tidak sekadar iya aku mau, tapi perlu dihilat sifatnya seperti apa, kalau marah gimana, salat lima waktunya di mana. Visi da