Langsung ke konten utama

Fase Naik kelas, QLC (Quarter Life Crisis)

Fase Naik kelas, QLC (Quarter Life Crisis)

            Berdasarkan data dari Independent.co.uk menyatkan bahwa lebih dari setengah millenials mengalami quarter life crisis. Enam dari 10 anak muda mengalami QLC. Masalah terbesar yang mendasarinya adalah tentang finansial. Karena masa-masa peralihan ini, kita sudah tidak lagi bergantung kepada orangtua. Hal-hal inilah yang menjadikan kegalauan-kegalauan yang muncul di kalangan anak muda.
           Pertanyaannya. Apakah QLC ini wajar dialami oleh anak muda? Jawabannya (dari perspective islam) gak wajar. Karena dalam konsep islam, QLC itu sudah selesai sebelum akhil balik. Kenapa? Karena dalam islam “orang-orang’ yang sudah akhil balik sudah menanggung dosa dan pahala.
Konsep tentang fase hidup dalam islam. Dalam islam hanya mengenalkan dua fase dalam hidup, yaitu sebelum baliq (anak-anak) dan akhil baliq (dewasa). Islam tidak mengenal istilah remaja. Kenapa? Karena ketika seseorang telah akhil baliq, maka secara langsung tugas, tanggung jawab, dan amanah telah diberikan sepenuhnya kepada orang tersebut. So, bahaya banget jika QLC ini masih melanda ketika setelah akhil balik. Gak tahu kewajibannya gimana, gak tahu amanah yang diembannya seperti apa. Sampai sini, clear ya.

Berikutnya, aku bakalan memaparan mengenai tokoh-tokoh keren zaman dahulu. Salah satu Contoh yang tiada bandingannya adalah Nabi muhammad SAW. Ketika beliau berusia 7 tahun, beliau  sudah belajar tentang tanggung jawab (menggembala ratusan kambing) dan amanah. Usia 12 tahun sudah ekspedisi dagang internasional, usia 17 tahun sudah mengepalai perdagangan internasional. Usia 25 tahun, menikah dengan khadijah dengan mahar 20 ekor unta dan sebelum menikah mengikuti bisnisnya khadijjah.

Contoh lain Zubair bin awwam: Memiliki kedewasaan dalam berpikir, misalnya ketika beliau berusia 15 tahun sudah  berani menghunuskan pedang, untuk membela rasulullah. Dari sini, bisa tuh dilihat bahwa Zubair bin Awwanm  tuh udah tahu tujuannya apa, maunya apa. Berarti, doi udah selesai dengan dirinya sendiri.

Lalu, ada Usamah bin Zaid: 18 y.o. sudah ditunjuk rasulullah untuk memimpn perang ke syams dan pulang dengan kemenangan berserta ghanimah atau harta rampasan perang.

Terus, ini nih, yang menurutku keren bat dah.Siapa lagi kalau bukan Muhammad Al fatih: usia 8 tahun sudah hafal al-Qur’an. 19 tahun sudah jadi raja. Usia 8-11 tahun adalah pembelajar yang baik, bisa berbagaimacam bahasa. Arab, tukri persia, turki, ibrani. Sejak kecil doi sering diajak main ke bukit sama Ayahnya, dari bukit itu Ayahnya sering bilang, jika kelak Muhammad Al-Fatih adalah orang yang akan menaklukkan konstatinopel. Nah, dari sini kita tahu nih, Si Muhammad Al-fatih udah  tahu tujuan hidupnya, yaitu menaklukkan konstatinopel. Punya mimpi besar yang harus diusahakn dengan kerja keras yang besar pula. So, sejak kecil, doi udah  latihan basic skill berperang, kek memanah, berkuda, berenang, make pedang dang sebagainya. Terus nih ya, beliau juga menguasa ilmu fikih, hadits, astronomi, matematika. Keren gak tuh?  masa mudanya dihabiskan sebagai masa penempaan diri. Asli, merinding euy.

Terus, ada juga nih kisah tentang Salahuddin al-ayyubi. Beliau pernah declare mimpinya sejak kecil, yaitu membebaskan palestina. Gila sih, anak kecil udah punya mimpi buat bebasin palestina. Keren banget gak sih? Doi udah tahu dan paham tentang konsep, pentingnya membela palestina. Ngejleb gak tuh :”))). Kariernya oke, jadi prajurit, panglima, perdana mentri. Terus, bahasan utama beliau ketika muda adalah jihad jihad dan jihad.Saking concernnya ttg jihad, setiap subuh beliau sering nyamperin masjid masjid pelosok buat ngelihat “Nih jamaahnya oke gak nih?” “Kalau gak oke, gimana mau jihad bela palestina, salat subuh ke masjid aja kagak” ya gitulah kurang lebih. Keren gak tuh coy? Kegampar gak? Aku kegampar banget si :”

Nah, setelah tahu tentang orang-orang keren tadi. Masih mikir gak sih bahwa QLC itu wajar? :””” dududuuu. 

            As we know, pedoman kita dan mereka tuh sama, sama-sama mengikuti al-Qur’an. Sama-sama punya panutan yang sama, yaitu menjadi umatnya rasulullah SAW. So, harusnya, kita juga bisa memiliki kualitas sama atau paling engga mirip-mirip lah seperti mereka.
            Mungkin mereka juga pernah berada pada fase kita, fase galau tentang finansial, asmara, konsep hidup, potensi, tujuan hidup, tetapi mereka mengalaminya pada usia yang sangat muda. Misal tentang tujuan hidup dan konsep diri kita akan selesai ketika kita udah mastering al-Qur’an. Kita tahu isi al-Qur’an, kita akan tahu tujuan kita seperti apa, berakhlak seperti apa. Hal-hal tersebut akan selesai ketika kita paham pedoman, dan tujuan hidup kita. Maka, ketika kita berkaca pada muhammad Al-fatih, beliau, ketika umur 8 tahun sudah hafal al-Qur’an. Dari sini kita tahu bahwa Muhammad al-fatih udah selesai dengan dirinya ketika berusia 8 tahun. So, mereka menyelesaikan QLC ketika sebelum akhil baliq.
            Why sih Islam membentuk rules seperti ini? Buat apa sih? Ya biar usia kebermanfaatan kita lebih panjang. Bayangkan, jika usia 21 tahun saja sudah bisa membebaskan konstantinopel apalagi yang bisa diselesaikan ketika beliau berusia 60 y.o?
            Ketika kita pada usia (20-30) tahun sibuk dengan QLC, mereka sudah sibuk dengan crisis-crisis lain yang jauh lebih penting. Gila sih, baru nyadar banget. Ternyata gue telat banget. But it’s okay, yang penting udah sadar dan berusaha buat memperbaiki mindset dan menjadi sebaik-baiknya umat di setiap harinya.

            Anyway! Kenapa sih hari ini, anak-anak muda terserang kegalauan penyakit QLC? Karena zaman kita ini adalah zaman yang menyeramkan, zaman di mana orang-orang terlambat dewasa. Kita tahu, anak mudanya dianak-anakkin. Anak mudanya jauh dari al-Qur’an. Anti dengan kata agama. Kek agama adalah sesuatu yang kuno, gak keren dan labeling lainnya.
Then, How to solve this problem sih? Hmmm, ya tadi. Kembali ke al-Qur’an. Back to Al-Qur’an. Sesuai dengan janji Allah, Al-Qur’an itu  Nurun Alnnur, cahaya di atas cahaya.  Kalau saat ini kita merasa tertinggal, merasa tidak berkembang, maka carilah cahaya itu dan tiada cahaya yang lebih terang serta menenangkan selain al-Qur’an. Masukkan cahaya itu ke dalam hati kita. Jika cahaya itu sudah di dalam hati, in syaa Allah mau kemana pun, kita gak bakalan nyasar.
            Susah gak masukkin al-Qur’an ke hati kita? Pasti susah, karena al-Qur;an cuman mau masuk ke hati yang bersih. Kalau hatinya keras, kotor, maka al-Qur’an akan susah masuk.
Terus gimana kalau hati kita keras, kotor? Ya, harus dibiasakan, diupayakan  sampai Allah memasukkan hidayah, cayaha itu ke hati kita.
So, ketika kita udah mastering konsep al-Qur’an, masuk ke dalam hati kita. Maka masalah tentang QLC, tentang selesai dengan diri sendiri harusnya selesai. Kita akan paham tentang konsep manusia terbaik, al-Imron 110; Sesungguhnya kamu adalah umat terbaik, yaitu orang-orang yang menyeru kepada kebaikan dan menjaga kepada kemunkaran, yang beriman kepada Allah.
            So, kalau kita mau jadi orang yang sukses maka konsepnya menyeru kepada kebaikkan dan mencegak kemunkaran. Di al-Qur’an pula, kita tahu tujuan hidup manusia; Tidaklah Allah menciptakan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Dan tentang khaliffatul ard, khalifah di muka bumi (pemakmuran bumi ini)
            Khalifah di muka bumi, pemakmuran di muka bumi. Memberikan manfaat kepada orang lain. Hal ini berhubungan dengan potensi apa yang kita punya (untuk pembahasan lanjutannya bakalan dirangkumin lagi, ehe, beda pembahasan soalnya).
            Pernah gak sih ngebayangin kalau suatu saat, Allah bakalan nanya ke kita. “Hai Naila, Sudah seberapa optimal kamu memaksimalkan potensi yang Ku beri? Subdah seberapa bermanfaat kehadiranmu di muka bumi ini dengan potensi yang aku beri?” Deg, mau jawab apa kalau kita gak pernah mengoptimalkan potensi yang dikasi?
Terus, pernah gak sih mikir, sudah berapa banyak potensi kita mendekatkan orang lain kepada Allah dan rasul-Nya. Istilah zaman sekarang, ikigai, irisan apa yang kta sukai, kita jago di sana, bisa dibayar, dan dibutuhkan sama dunia (orang banyak).
Sadari bahwa QLC bukan masalah, but sebuah fase di mana kita akan naik kelas. Akan berkembang, selalu ingin tahu, ingin mengembangkan banyak hal. Pengen banyak hal, pengen hidup enak,  So, yang harus dilakkan bukan galau-galauan, melainkan mengupgrade diri kira. So, jadikan QLC sebagai tantangan  kehidupan. Pandang sebagai fase naik kelas. Menjadi pribadi yang lebih baik.
            Kenali kesuksesan dan kegagalan sebenarnya. Nah, buat hal ini, ada nih di  Qur’an surah Al-asr 1-3.  Demi masa, Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman, mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.
            Kesimpulan: Bukan berarti kita tidak boleh mengejar kesuksesan dunia. Kesuksesan dunia tetap kita perjuangkan, Sebab kita butuh materi dunia untuk bermanfaat kepada sesama. Namun, yang harus disadari adalah hal-hal tersebut bisa menjadi kerugian ketika kita tidak mendasarkan segala sesuatunya pada iman. Balik ke al asr tadi.
            Bukan berarti ketika finansial ok, masalah itu selesai. No. semua itu kembali lagi tentang pemaknaan kita, apakah materi tersebut sudah menjadikan kita sebagai hamba Allah yang bertakwa atau justru malah makin jauh ke Allah.
            Sadarilah bahwa hidup itu selalu tentang kenikmatan dan kepedihan. Hari ini boleh merasa pedih. Misal, anak kuliah nih, ngerasa belajar susah banget sih, belajar capek banget sih, tetapi inget suatu hari nanti hal tersebut akan menjadi kenikmatan karena skill kita bertambah. Pengetahuan kita bertambah J.
            Begitu sebaliknya, hari ini mungkin nikmat (rebahan, nonton gak jelas), munkin hari itu nikmat, namun beberapa tahun lagi akan menjadi kepedihan karena skillnya gak berkembang.
            Konsepnya dunia dan akhirat, hari ini pedih, ngafal qur’an, but one day it would be worth. Sebaliknya, seneng, main doang, maksiat mulu, but one day, it would be ehe
            Kenikmatan dunia, nyelupin jari di lautan, nimkatnya ya setitik di jari, yang nempel di jari, sedangkan kenikmatan akhirat sebesar luasnya lautan.
            Terakhir, Jangan memperjuangkan mimpi kita sendirian, tetapi libatkan Allah, libatkan tentara-tentranya Allah. Tolonglah agama Allah, dan Allah akan menolongmu.
            So, semoga dengan tulisan ini kita bisa menjadi pribadi yang baru. Bisa menggali lagi potensi kita, menjadikannya sebagai amal jariyyah yang bisa menolong kita di akhirat. Dan menjadikan QCL sebagai tantangan untuk berkembang serta menjadi manusia yang bahagia di akhirat kelak.
Ttd,
Nailassirri A.
Sumber: podcast teh farah qonita

Komentar

  1. Masyaallah kaa😢.. Suka bnr u😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga bermanfaat. Terima kasiih sudah membaca :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maybe if i,  woke up in the morning,  hearing your voice,  maybe if i was with you maybe if we spent our difficult days together,  what would we have been to us? The distance between you and me  It never seems to disappear I was frozen with my words and your words If by chance we meet again  If i were do something for you,  Will it change a little? For the reason why we had to break up, I would fix it and try try try (to fix it),  so, can i hug you?  There are different pieces of memory,  Out the feelings of longing that resemble each other Only if you, If you come
DEAR NO ONE I like being independent Not so much of an investment No one to tell me what to do I like being by myself Don't gotta entertain anybody else No one to answer to But sometimes, I just want somebody to hold Someone to give me the jacket when it's cold Got that young love even when we're old sometimes, I want someone to grab my hand Pick me up, pull me close, be my man I will love you till the end So if you're out there, I swear to be good to you But I'm done lookin' for my future someone 'Cause when the time is right You'll be here, but for now Dear no one, this is your love song I don't really like big crowds I tend to shut people out I like my space But I'd love to have a soul mate And God'll give him to me someday And I know it'll be worth the wait So if you're out there, I swear to be good to you But I'm done lookin' for my future someone 'Cause when the time is right You'll be here, but for now Dear no o
Tulisan random malam ini Beberapa waktu ini, aku ngelihat story orang-orang yang dulu menyatakan serius ingin menikahiku, atau laki-laki yang dulu pernah mencoba mendekatiku. Satu per satu dari mereka mulai menemukan seseorang yang membuatnya merasa utuh. Seneng sekaligus menjawab pertanyaanku dulu sih. Apakah mungkin? ada orang yang mau bertahan, menungguku tanpa sebuah kepastian sampai akhirnya aku benar-benar menyelesaikan pendidikanku lalu mengiyakan dia untuk mengetuk pintu orangtuaku. Apakah mungkin, ada orang yang sesabar itu, menunggu aku yang bisa saja ditunggu orang lain juga? Aku tidak terlalu yakin dengan itu. Aku tidak pernah mengiyakan orang-orang yang datang untuk serius sebab pendidikanku masih berlangsung. Pun tidak pernah mau agar dia menungguku hingga selesai. Rasanya, ucapan bersedia ditunggu akan membuatku terikat, tidak bebas dengan ikatan yang Allah tidak suka. Orang orang sering menyebutnya sebagai komitmen. Huh, ada ada saja. Menurutku, kata komitmen sama saja